Total Tayangan Halaman

Kamis, 04 September 2014

“Baiklah Hidup Kita dipimpin Oleh Roh: Damai Sejahtera”

“Tetapi buah Roh ialah kasih, sukacita, damai sejahtera,kesabaran,kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri.” (Gal. 5:22-23)


Kalau jemaat satu-satu di tanya, apakah senang dengan situasi damai sejahtera? Saya yakin, jawaban kita akan seragam: “Iya lah,  pasti!” “Tentu saja.” “Oooh..iya, kalau damai rasanya hidup jadi nikmat.”

 Bahkan kalau hal yang sama ditanya kepada tiap orang pun, jawabannya pasti senada dengan kita. Orang menyukai kehidupan yang damai sejahtera. Hal ini terlihat dari salam-salam yang ada di setiap kelompok: “Shalom aleikhem” (Ibrani), Assala ‘mualaikum (Arab), “Santi” (Bali), “Sancay” (Buddha) dan lain sebagainya. Tetapi kalau semua menyukai kedamaian, kenapa damai itu begitu mudah sirna? Dalam hal kecil saja, di keseharian kita, betapa seringnya damai di hati menguap, bak embun yang pagi menyejukkan, siang tak berbekas. Damai sirna lalu berganti dengan panas hati dan kemarahan, kedengkian, perselisihan, keinginan melukai yang lain, bahkan menghancurkannya. Betapa mengerikan saat damai sejahtera itu hilang dari hati kita. Manusia menjadi musuh bagi sesamanya.

Di Alkitab sendiri, damai sejahtera ini sangat banyak dibahas. Salah satunya, ketika memasuki kota Yerusalem dengan menunggangi keledai, Tuhan Yesus menangis melihat kota itu, dan berkata: “Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu!” tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu.” (Luk. 19:42) Tuhan Yesus sangat menyesali keadaan umat-Nya yang tidak mengerti hal-hal yang perlu untuk damai sejahtera mereka. Umat Israel masih sibuk dengan hal-hal duniawi semata, pencarian kehormatan dari orang-orang seperti Farisi-Farisi yang sok saleh, dan tak bisa dihindari bahwa hal-hal itu justru dengan mudah merenggut damai sejahtera yang sudah diberikan Tuhan. Tuhan menangisi kebodohan umat-Nya itu.

Di dalam surat Paulus kepada Jemaat Galatia jelas sekali dituliskan, bahwa damai sejahtera itu adalah buah Roh. Ya, damai itu ada dalam kehidupan seseorang yang dipimpin oleh Roh Kudus, bukan oleh keinginannya, egonya, nama baiknya, harga dirinya, uangnya, kuasanya, posisinya…

Mudah sekali melihat apakah kita sudah betul-betul matang secara Rohani dan sudah memberi diri dipimpin Roh kudus: lihatlah bagaimana cara kita menghadapi dan mengatasi ‘konflik’ yang ada di dalam kehidupan ini. Kita, manusia, tak pernah lepas dari konflik, entah dengan lingkaran ‘kasih eros’ ‘kasih storge’ atau ‘kasih phillia’ bahkan ‘kasih agape’, nah, saat itu terjadi, apakah damai sejahtera itu bertahta di dalam hati dan pikiran kita? Jika ya, selamat!! Jika belum, kejarlah dan upayakanlah kita menghasilkan buah Roh damai sejahtera ini, sehingga hati kita tentram dan hidup kita tenang di dunia yang gonjang ganjing ini. Tuhan memberkati.


(Darmawasih Manullang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar